Postingan

Menampilkan postingan dari 2019
Gambar
Tekanan Hidup Semakin dewasa kita akan memperoleh tambahan beban yang semakin berat. Semakin mengerti kita akan semakin mendapatkan banyak pertanyaan. Semakin jauh kita melangkah akan semakin banyak rintangan. Begitulah kehidupan. Sebagian di antara kita terkadang mengeluh, bahkan sampai menangis bila tidak mampu menanggung beban kehidupan. Seperti aku, misalnya, orang yang tidak jelas arah dan tujuan hidup ini hanya mampu berjalan. Entah ke mana yang jelas selalu berjalan.  Sampai akhirnya kusadari, ternyata mencari tidak semudah diberi. Berjalan tidak semudah berdoa. Butuh keberanian untuk melewati berbagai rintangan yang extreme. Dan keberanian itu berasal dari Hati. Akan ada saatnya kita bersemangat. Juga ada saatnya kita akan terjatuh. Jika saja kita bisa memprediksi perjalanan ke depan, maka tidak ada istilah untuk 'terjatuh'. Dan itu mustahil! Bagaimanapun juga kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi di depan. Jadi, yang terbaik untuk dilakukan adalah memin
Gambar
Mati Perihal kematian, sebenarnya aku tidaklah takut. Hanya saja, membayangkan bagaimana nantinya aku mati sungguh membuat bulu kudukku berdiri. Iya jika matiku sedang dalam beribadah, sholat, berbuat kebaikan. Tapi jika sebaliknya; dalam keadaan bermaksiat. Sungguh mengerikan, bukan? Malaikat datang secara tiba-tiba, lalu mencabut seketika. Apa lagi yang bisa aku lakukan? Tak ada. Selesai semua. Sekarang aku bertanya, takutkah kau dengan kematian? Jika iya, masihkah kau ber buat dzolim, bermaksiat? Kau tahu tidak kalau mati itu sebuah misteri? Kau tahu kapan matimu? Maaf, Kawan, aku tidak bermaksud menceramahimu. Aku pun masih sering berbuat maksiat. Aku pun manusia biasa yang tak luput dari dosa. Hanya saja, aku masih ingat. Cobalah kau pikirkan, kau memiliki segalanya; rumah mewah bertingkat, mobil, dan koleksi sebagainya. Setiap hari berpakaian serba mewah. Perlu kau tahu: percuma kau mengoleksi semua itu! Kau tetaplah sama dengan milyaran manusia di bumi; semua akan k
Gambar
Kehilangan Cinta memang bisa membuat bahagia. Namun, cinta juga bisa membuat menderita. Sekarang begini, aku ingin bercerita tentang hariku tadi. Aku jalan-jalan ke museum Kereta Keraton Yogyakarta. Di sana aku bertemu tukang parkir. Aku belajar banyak dengannya. Kau tahu apa? Ternyata tukang parkir itu orang yang sangat tenang hidupnya. Coba kau perhatikan, walaupun dia mobilnya banyak, motor beraneka macam, dia tak pernah sombong. Ini beneran, jangan kau tertawa. Meskipun nanti mobilnya pergi satu demi satu, bahkan sampai habis pun ia tidak sedih, tetap tenang. Apa rahasianya? Tukang parkir tidak merasa "memiliki," tapi merasa "dititipi". Ini pelajaranku hari ini, "siapa saja yang merasa memiliki, bersiaplah kehilangan. Dan itu menyakitkan."
Ikhlas Mencintai Mungkin sebagian dari kita berpendapat, "cinta tidak harus memiliki". Aku penasaran dengan orang yang membuat kalimat ini. Bukankah secara logika itu salah? Bagaimana tidak? Kau yang mencintainya, misalnya, kau hanya sekedar mencintai, dalam artian 'secara diam-diam', tidak berani kau ungkapkan kepadanya atau bahkan tidak berani mengatakan kepada temanmu bahwa kau mencintai-nya. Kau mungkin tidak tahu bahwa ada orang lain yang mencintainya. Salah satunya adalah temanmu sendiri. Temanmu mana tahu kalau kau mencintainya juga. Karena kau malu, kau pendam selalu ungkapan yang seharusnya disampaikan. Kau pendam sendiri, menikmati rindu di ujung sepi. Kau betah berlama-lama di atas ketidakpastian. Sampai pada akhirnya, datang sebuah undangan yang bertuliskan nama temanmu yang bersanding dengan nama-nya. Iya, mereka menikah. "Oh, Teman, kau tega membunuh temanmu sendiri." Kau mengeluh, menyalahkan temanmu sendiri. Padahal, kau sendiri yan
Who Am I? Pada saat aku menyendiri, jauh dari keramaian, tak ada hal lain yang aku lakukan selain 'merenung'. Iya, merenung. Pernah kau merenung? Jika pernah, apa yang kau pikirkan? Cinta kah? Pelajarankah? Atau kehidupan? Apa pun itu, yang jelas merenung akan membawamu ke tujuan akhir, yaitu 'hasil'. Iya, hasil dari perenungan itulah yang bisa dibilang atau kita sebut sebagai 'jalan keluar'. Pertanyaan pertama kali yang muncul saat aku menyendiri adalah "Man Ana?" Siapa saya? Kemudian aku mengambil sebuah cermin untuk menyaksikan langsung bagaimana wajahku sekarang. Hidung yang pesek dan sedikit lebar, dibalut kulit yang kasar berbintik-bintik hitam, dengan teksturnya yang.. bisa dibilang lebih tua daripada umurnya. Dan lagi, rambut tipis yang tak pernah disisir. Ah, memang faktanya begitu. "Lihatlah, Gra! Lihatlah wajahmu yang jelek itu! Masihkah kau mau melakukan keburukan yang akan menambah buruknya wajahmu?" Kata bayangan
Gambar
Reparasi Diri       Ketika aku sudah terlalu lelah mencari jawaban, aku hanya bisa pasrah. Hanya ada 2 pilihan bagiku untuk melanjutkan perjalanan; yaitu meratapi kehidupan, atau pergi menelusuri syaraf dan menemui sahabat kecil; Nurani. Aku pikir ada baiknya juga mengunjunginya, daripada terus berkubang di zona kesedihan.      "Apa, memperbaiki masa lalu?" Katanya setelah mendengar aduanku.      "Masa lalu mana bisa diperbaiki," lanjutnya, mengulang kata sebelumnya.      "Waktu hanya berjalan maju, tak bisa diperintah berhenti apalagi mundur. Jadi, apa perlu kita masih menyesali kesalahan? Ayolah, bangkit. Aku yakin kau kuat. Yang dulu biarlah berlalu, jangan kau sesali. Toh tidak akan bisa kau ubah, bukan? Atau mungkin bisa? Oh ya, aku tahu. Bisa, tapi cuma di pikiran, kan? Kau berkhayal kembali ke masa lalu dan mencoba mengubah skenario kejadian. Bravo. Kau hebat; dalam hal mengkhayal. Tapi, setelah kau sadar, apakah segalanya berubah? Tidak.
Gambar
Apa Adanya  Kau pasti pernah mendengar(membaca) kalimat ini, "Tidak ada manusia yang sempurna". Pada hakekatnya manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah di dunia ini. Terlepas dari itu, manusia sebenarnya hanyalah makhluk yang diciptakan untuk mengelola bumi. Jika dibandingkan dengan Malaikat, Jin, Bintang, Bulan, Langit, dan makhluk lain yang ada di alam semesta ini, manusia hanyalah sebutir debu yang tak berarti apa-apa. Kita diprogram untuk dapat berpikir. Artinya, kita telah dibekali akal. Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya di muka bumi ini. Namun, seringkali kita lebih memilih ingin menjadi yang lain daripada manusianya sendiri.      Sebenarnya kehidupan ini sederhana, kitanya saja yang membuatnya menjadi rumit. Ketika aku makan sendiri menggunakan piring, dan mereka makan menggunakan nampan, tak perlu meminta mereka untuk mengerti. Toh yang selesai lebih dulu mesti aku. Karena mereka belum juga makan sebelum anggotanya le
Gambar
Menghargai Sejarah         Berbicara tentang sejarah itu unik. Tadi malam, aku berkumpul bersama teman-teman. Karena paginya kami ujian mapel sejarah. Namun, sejarah yang kami bahas ini bukanlah tentang zaman paleolitikum, neolitikum, pun megalitikum. Bukan juga masa penjajahan, proklamasi, pun resolusi jihad. Yang kami bahas malah tentang perkembangan game. Siapa yang tidak mengenal game? Aku sendiri, waktu usiaku baru 3 tahun, aku sudah mengenal yang namanya "gamebot". Lalu ketika kelas 2 SD, aku sudah disuguhi "nintendo". Siapa yang tidak mengenal Super Mario? Dulu, aku selalu bertengkar dengan Mbakku hanya karena rebutan main Super Mario. Menginjak kelas 4, aku mulai mengenal "GTA San Andreas". Iya, benar, gamenya ada di PS 2.     Menurutmu, sejarah itu hanya membahas tentang masa Dinosaurus? Atau masa Perang? Tidak. Mari kita persempit makna dari sejarah. Kau telah lulus dari SD, itu sejarah. Kau putus dengan pacarmu kemarin, itu sejarah. Dan
Gambar
Pecinta Sejati      Saat mengaji kitab bersama Ustadz Miftah, aku mendapat suatu pelajaran yang bisa dibilang "unik". Kau pasti penasaran, apa hubungannya dengan judul di atas?      Jadi begini, kau pernah mencintai seseorang? Pastinya. Dan kau pernah mencintai tanpa pernah mengu ngkapkan? Jika iya, aku akan memberimu penghargaan berupa 'jempol'. Ketahuilah bahwasannya, orang yang mencintai tanpa pernah mengungkapkan perasaannya dialah orang yang luar biasa. Dan jikalau rasa tersebut terus dipendam sehingga membuatnya sakit, dan kemudian sakit tersebut membawanya berpulang kepada Rabbnya, maka "Syahidlah dia!"        Kau mungkin berpikir ini gila. Aku pun sama, hanya saja, ada satu sisi yang membuatku merasa ini benar; yaitu caranya menyikapi. Iya, aku merasakannya sendiri. Ternyata jomblo itu memang menyakitkan, lebih menyakitkan lagi bila dia yang kita idamkan setengah mati mencintai yang lain. Bak rantai makanan; aku mengejarnya yang mengejar
Gambar
Surat k epada Mamak      Mamak, aku sangat bersyukur, sebab engkau aku berada di dunia ini. Karena engkau, aku dapat merasakan nikmatnya kehidupan.      Engkau berjuang sendiri, meregang nyawa, antara hidup dan mati, hanya untuk membebaskanku dari kegelapan rahimmu menuju cahaya dunia yang fana ini. Engkau tersenyum lemas melihatku telah berada di sampingmu.         Tak pernah engkau bosan dan jengkel membersihkan kotoranku ketika masuh bayi. Ketika aku mulai bisa merangkak, engkau bahagia melihatku berkembang. Namun, ketika aku mulai bisa berlari, engkau selalu khawatir akan tindakan yang aku lakukan. Apalagi ketika di jalan.      Engkau selalu berusaha mewujudkan segala yang aku minta. Padahal, entah kapan terakhir kalinya aku memenuhi panggilanmu untuk mewujudkan(melakukan) apa yang engkau minta(suruh).     Aku (yang egois ini), selalu sibuk membahagiakan diri sendiri, sementara engkau lupa mengurus diri sendiri karena selalu sibuk merindu dan mendoakanku. Adapun aku?
Gambar
Karena Allah Selalu Bersamaku       Setelah diwisuda, sorenya aku berangkat menuju Semarang bersama teman-teman untuk mengikuti tes UTBK. Kami menggunakan angkutan umum, belum pernah sebelumnya aku naik bis. Untuk kali pertamanya aku mencoba, aku merasakan suasana yang berbeda. Iya, rasanya seperti menjadi bagian dari kumpulan ikan yang berada dalam satu jaring. Panas, berisik, bau, pegal, dan banyaklah. Tapi, aku menikmatinya. Sungguh, menyenangkan sekali dapat berkeliling kota dengan menggunakan bis. Terkadang bila muatannya sudah parah, di situlah aku mulai mengeluh. Tak ada pemandangan yang dapat memanjakan mata selain gelap. Iya, aku terjepit, tak dapat bergerak, dan lagi, aku harus bertahan berdiri selama berjam-jam! Extreme, kan?       Setelah tes selesai, kami sepakat untuk langsung pulang(ke rumah masing-masing). Iya, kita berpencar. Dan aku; siap tak siap harus kembali sendiri ke Pondok. Dari sinilah, hari luar biasaku dimulai!        Aku, yang tak tahu arah ini har
Gambar
Donor Darah           Terdengar olehku suara pengumuman bahwa “semua santri yang berumur 17+ dianjurkan untuk ‘donor darah’”. Aku, yang tidak tahu-menahu soal itu cukup mengabaikan saja. Akan tetapi, setelah melihat Trisno ~teman karibku~ datang dengan membawa bingkisan jajanan serta kalender, aku bertanya, “dapat dari mana?”           “Dari donor darah,” jawabnya singkat. Aku pun penasaran, seperti apa sih, ‘donor darah’ itu?           Sesampainya di sana, beberapa petugas PMI (Palang Merah Indonesia) datang menyambutku dengan ramah dan memberikan selembar kertas untuk mengisi biodata pendaftaran. Selesai mengisi, aku dipersilahkan untuk berbaring di atas kasur yang telah disediakan.           Seorang perempuan (salah satu petugas PMI) mengeluarkan plastik infus dan terdapat selang yang di ujungnya sebuah jarum yang cukup besar. Ia mulai menancapkan jarum tersebut di lengan kananku. Terasa seperti ada ulat yang berjalan di dalam tanganku; pertanda darahku mulai disedot.
Gambar
Sebabku Menulis         Setelah menulis beberapa kisah ~yang bisa dibilang enggak mutu~. Aku mencoba untuk mendesain suasana baru. Dan kali ini bukan hanya kisah yang menitikberatkan sebuah peristiwa; tapi juga pengalaman, pemikiran, hingga perasaan yang Insya Allah dapat menghembuskan sejuknya angin kebaikan yang tersirat di dalamnya.       Aku tidak tahu bagaimana caranya berbagi kebaikan. Dulu, aku menulis hanya untuk memenuhi kebutuhan jiwa. Orang lain suka/tidak itu hanyalah bonus. Namun, seiring berjalannya waktu, aku sadar bahwa tidak baik sebuah karya jika hanya dinikmati sendirian. Harus ada tali yang dapat menghubungkannya agar bisa dinikmati masyarakat luas. Aku merasa berbuat baik itu tidak hanya dengan bershodaqoh, atau pun menolong seseorang. Namun, bagiku, menulis pun merupakan suatu kebaikan. Dengan menulis, kita sedang mewariskan pandangan kita di hari ini untuk mereka di masa mendatang. Sehingga, insya Allah, apabila kita sudah kembali ke tanah, kita tid
Menjadi Yang Layak Oleh: Yumin Hoo             Malam, selalu memberikan kesejukan dan ketenangan bagi hati dan pikiran yang sedang ganduh akan banyak permasalahan. Apalagi masalah ‘cinta’. Cinta terkadang membuat seseorang tersenyum sendiri kala sedang bahagia, cinta juga terkadang membuat orang menangis kala bersedih. Cinta dapat menjadikan yang pahit menjadi manis, lemah menjadi kuat, sakit menjadi sehat. Dan cinta pula yang dapat menjadikan yang suka menjadi benci, baik menjadi jahat, dan yang sehat ~akalnya~ menjadi gila. Sebenarnya kehidupan ini sederhana, namun segalanya dapat berubah dengan drastisnya hanya karena satu kata -Cinta.             “Apa? Aku gak salah dengar, kan?” Tanya Ibad tak percaya.             Adib memutar bola matanya, sebal. Udah tau dari tadi serius cerita panjang lebar, malah ekspresinya begini.             “Emang kenapa?” balas Adib balik bertanya. Yang ditanya memasang wajah curiga.             Sambil menempelkan punggung tangan kanannya k
IKATAN TANPA CINTA Oleh : Yumin Hoo             “Wah.. Sayang, tempat ini indah banget..” ucap Bunga seraya membentangkan kedua tangannya menikmati hembusan angin sore, membayangkan seolah akan terbang.             Panji yang sedari tadi duduk dikursi panjang memandang indahnya suasana pedesaan dari atas bukit membuatnya melamun entah membayangkan apa. Suara seseorang yang berada didepannya memanggil-manggil ia tak mendengar, seolah semuanya sunyi.             “Sayang..! Panji, hei!!” panggil Bunga. Panji tetap tak mendengar. Bunga mulai merasa jengkel dan kemudian menghampirinya. Lalu duduk disampingnya.             “Panji!” panggil Bunga sambil menepuk pundaknya. Panji terkejut, lalu menoleh kewajah Bunga dengan tatapan datar.             “apa?”         “kamu tuh ngapain, sih ngelamun terus? Akhir-akhir ini aku selalu melihat kamu selalu melamun. Buang-buang waktu tau! Awas kesambet loh!”             Panji hanya menanggapinya dengan senyuman. Lalu mengalihkan pandan