Surat kepada Mamak

     Mamak, aku sangat bersyukur, sebab engkau aku berada di dunia ini. Karena engkau, aku dapat merasakan nikmatnya kehidupan.
     Engkau berjuang sendiri, meregang nyawa, antara hidup dan mati, hanya untuk membebaskanku dari kegelapan rahimmu menuju cahaya dunia yang fana ini. Engkau tersenyum lemas melihatku telah berada di sampingmu.
        Tak pernah engkau bosan dan jengkel membersihkan kotoranku ketika masuh bayi. Ketika aku mulai bisa merangkak, engkau bahagia melihatku berkembang. Namun, ketika aku mulai bisa berlari, engkau selalu khawatir akan tindakan yang aku lakukan. Apalagi ketika di jalan.
     Engkau selalu berusaha mewujudkan segala yang aku minta. Padahal, entah kapan terakhir kalinya aku memenuhi panggilanmu untuk mewujudkan(melakukan) apa yang engkau minta(suruh).
    Aku (yang egois ini), selalu sibuk membahagiakan diri sendiri, sementara engkau lupa mengurus diri sendiri karena selalu sibuk merindu dan mendoakanku. Adapun aku? Setiap hariku sibuk menjadi pendosa sementara engkau menjadi pendoa. Akankah aku selalu seperti ini?
     Adakah kasih sayang di dunia ini melebihi kasih sayangnya Mamak kepada anak? Ketika aku sakit, engkau selalu setia merawatku hingga sehat kembali. Namun, ketika engkau yang sakit? Tak pernah aku peduli dengan apa yang engkau alami.
     Ketika datang hari ulangtahunku, engkau selalu ingat dan mengucapkan kalimat mutiaramu yang indah kepadaku. Adapun aku? Ketika telah tiba hari ulangtahunmu, aku selalu segan walau hanya mengucapkan 'selamat'.
           Ah , Mamak, akan penuh diaryku ini jika menulis tentangmu. Kasih sayangmu bak angin yang selalu berhembus setiap waktu, di mana saja, tak kenal lelah. Aku, yang tidak kuat menanggung berat dan kejamnya dunia yang datang di kehidupanku silih berganti, engkau datang memelukku mencoba untuk menenangkanku.
     Mamak, bagaimanalah caraku untuk membalas segalanya darimu. Cintamu yang sejuk bak salju selalu membuat hatiku tentram. Entah mengapa jika teringatmu, Mamak, hatiku selalu berkecamuk rindu memandang ke belakang, ke masa lalu, di mana aku selalu menyia-nyiakan kebersamaan denganmu. Aku yang selalu membuatmu marah karena tingkahku yang 'pecicilan', yang selalu bertengkar dengan mbak hanya karena hal-hal sepele, yang tidak pernah mengalah kepada adik, yang selalu melarikan diri ketika disuruh cukur, dan selalu menangis ketika dicukur.
    Sungguh kenangan yang indah. Dan sekarang, apalah daya diriku, di sini hanya mampu mengenang, hanya mampu menyesal.
       Aku rindu, Mak. Dari sini aku hany baisa berdoa menyampaikan butiran kerinduanku kepadamu. Aku berdoa agar Gusti Allah memberikan waktu lama yang berharga kepada keluarga kita untuk kebersamaan yang selalu indah dan bermakna.
"I LOVE MAMAK"
   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya

Tenang

Mencandu