Karena Allah Selalu Bersamaku

     Setelah diwisuda, sorenya aku berangkat menuju Semarang bersama teman-teman untuk mengikuti tes UTBK. Kami menggunakan angkutan umum, belum pernah sebelumnya aku naik bis. Untuk kali pertamanya aku mencoba, aku merasakan suasana yang berbeda. Iya, rasanya seperti menjadi bagian dari kumpulan ikan yang berada dalam satu jaring. Panas, berisik, bau, pegal, dan banyaklah. Tapi, aku menikmatinya. Sungguh, menyenangkan sekali dapat berkeliling kota dengan menggunakan bis. Terkadang bila muatannya sudah parah, di situlah aku mulai mengeluh. Tak ada pemandangan yang dapat memanjakan mata selain gelap. Iya, aku terjepit, tak dapat bergerak, dan lagi, aku harus bertahan berdiri selama berjam-jam! Extreme, kan?
      Setelah tes selesai, kami sepakat untuk langsung pulang(ke rumah masing-masing). Iya, kita berpencar. Dan aku; siap tak siap harus kembali sendiri ke Pondok. Dari sinilah, hari luar biasaku dimulai!
       Aku, yang tak tahu arah ini harus melangkah sendiri tanpa adanya pemandu. Baiklah, aku harus mencoba. Yakin saja bahwa Allah selalu bersamaku. Dan ternyata, akhirnya aku tersesat. Panik bukan main rasanya. Aku belum menyerah, aku mencoba bertanya-tanya dan Alhamdulillah mendapatkan arah lagi. Berpindah dari angkutan satu ke yang lain. Dengan modal pengalaman yang minim, aku benar-benar nekat. Yang membuatku berani adalah, 'karena aku yakin bahwa Allah selalu beraamaku'. 
      Sebenarnya tujuan selanjutnya adalah terminal Gotri Jepara, namun, karena waktu itu pikiranku sedang melanglang buana, aku tak sadar bahwa bis telah berhenti. Setelah beberapa kilo dari sana, aku baru tersadar. Panik bukan kepalang diriku. Namun ternyata, pada akhirnya aku sampai di tempat yang sangat aku kenal. Iya, terminal Jetak Kudus. 'Sekalian sholat maghrib di menara saja', pikirku. Hanya tragisnya, uangku tak cukup untuk membayar transportasi ke sana. Beruntung seorang wanita berhijab(cantik, seumuranku) bersimpati membayarkan ongkosku. Aku yang tak kenal siapa dia merasa tak enak; anggap saja sebagai hutang, pikirku. Namun, dia menolak untuk dimintai nomor ATM. Baiklah, anggap saja rejekiku di hari ini.
     Tak ada kawan yang bersedia menjemput, aku terpaksa harus bermalam di masjid. Besok puasa, dengan uang pas-pasan, aku membeli makanan seadanya untuk sahur. Oh ya, semalam di sana, aku berkenalan dengan orang Jogja. Namanya Agus Putra, kalau gak salah. Ia suka sejarah. Aku yang tak terlalu paham sejarah cukup mendengarkan ceritanya. Aku bilang padanya, "aku sebenarnya suka membaca sejarah. Iya, membaca sejarah bisa bikin aku cepat tidur". Dia tertawa.
    Paginya, kami berpisah, ia pulang dan aku pun sama. Sekali lagi, aku benar-benar nekat untuk kembali. Aku mencoba menggunakan "Grab", sungguh, benar-benar beruntung, di aplikasi tersebut aku mendapatkan diskon luar biasa. Pas dengan isi dompet. Akhirnya, aku sampai di pondok dengan selamat. Iya, hanya bermodalkan nekat dab yakin, bahwa "Allah, selalu bersamaku". Aku yakin, apa yang dituju akan kesampaian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya

Tenang

Mencandu