Tenang
"Kembali
padamu, Malam, dan segala sisa yang mengendap di masa lalu tercipta
untukmu."
Tenang
Tiada yang mengerti tentang rasa dan kebohongan hati
selain waktu dan alurnya. Sekelam duka, sekalut luka, sekejam nista; kita
berjalan di atas kemunafikan. Tenanglah, aku hanya masih mencoba, bukan
menyerah. Kau yang sejauh langit masih tetap indah dipandang dari bumi, dan
mataku takkan lelah dengan sembabnya penantian yang tak pernah berhenti.
Mengertilah, meski kau terus membenci dan berlari, tak
akan lelah aku pun mencari warna dari balik luka ini. Tenanglah, aku hanya
masih berdoa, bukan menyerah. Kau yang sedalam nestapa tetap nikmat diingat
dari mimpi dan asa. Lalu dengan penuh kesabaran aku menjemputmu.
Jengkal
"Pertanyaan di
mana tempat kita sekarang hanyalah sunyi; doa dan perjuangan untuk saling
menutupi."
Seribu hari,
sejuta rasa, selama rindu dan segala residu di dalam jiwa. Pernah dunia
melemparku ke jurang nestapa, pernah harapan menyiiksaku ke dalam cahaya.
Bersama langkah dan serapah; sumpah dan sampah; susah dan gelisah; resah dan
lemah; cinta takkan lelah.
Seribu bulan, sejuta luka, selama asa dan segala kenang
di dalam raga. Janji takkan patah dan gelora takkan punah didekap amarah.
Sejengkal aku menunda; sejengkal kita melupa.
”Didedikasikan
hanya untukmu, Malam, suara indah tanpa lelah."
* Krapyak, 30 Juli 2022
Komentar
Posting Komentar