Dan

 "Tahukah apa yang membuatmu dewasa? Ketika awan tidak lagi menangis, bumi menertawakan penduduknya,” Yumin Hoo.


Sadar

“Terjadinya suatu sunyi yang menggemparkan ruangan hati.”

Ketika aku bungkam, bukan berarti aku berhenti mencintaimu. Ketika aku berhenti, bukan berarti aku lelah mencintaimu. Ketika aku lelah, bukan berarti aku bosan mencintaimu.

Hanya ketika aku hancur, berarti aku menghilang. Hanya ketika aku menghilang, berarti aku tiada. Hanya ketika aku tiada, berarti aku terpendam. 

Semudah itu; sesakit itu. Kau datang dan pergi tanpa permisi, merobek jiwa yang lemah. Terkadang, angin tak semerdu kalimatmu; terkadang, hujan tak seberisik jeritanmu. Sayangnya, kau memilih angin dan aku terhanyut hujan. Dalam gelapnya laut sadar, fakta mengasingkan perasaan.

Dan

“Cerita yang terpenggal itu adalah kita. Dan waktu menguburnya, dan alam memupuknya, dan langit menyiramnya, dan Tuhan memberi nyawa.”

Ada yang mengatakan, “cinta hanyalah soal perasaan. Sejarah menunjukkan, ia hanya menyuruh kita untuk tabah dan erat memeluk kesedihan.” 

Cinta lebih purba dari manusia. Ia lebih tahu sebelum kita saling tahu. Cinta adalah mata yang kosong; telinga yang sunyi; otak yang buntu. Meski begitu, darinya kita ada. Darinya, kita tiada.


Yang

“Bisikannya melayangkan sang buana. Aromanya menghembuskan canda tawa.”

Dari hati ke jiwa, kita bercerita. Yang indah ternyata sampah; yang sendu ternyata syahdu; yang nyata ternyata buta.

Dari mata ke rasa, kita berpetualang. Yang jemu ternyata semu; yang pantas ternyata kertas; yang tulus ternyata halus.

Kita terhimpit kisah yang sempit. Sampai waktu ini menua, kita tidak merasa sumpek. Suatu hari jika hatimu mulai apek, gelarlah ambal dan undanglah aku. Kita mulai bercerita tentang wangi masa depan yang menggugah bahagia.


Sabar

“Sempat terkupas lupa bahwa sadar sangat butuh sabar.”

Saat langit lelah menangis, mentari hadir mengulas senyum. Cahayanya seperti milikmu; indah menyilaukan. Terkadang mataku tak mampu melihatmu yang tersenyum. Entah silau sebab gigimu yang rajin disikat atau karena hatiku yang tak kuat terpukau. 

Haha.. entah saking terkagumnya aku dengan pesonamu atau nyaliku yang sangat takut dilihatmu ini hanya mampu memendam. Aku tak pernah berani tampil di matamu. Sebab aku sadar, lumpur  tak pernah pantas menyentuh cahaya.

 

“Bahagia adalah ikhlas yang muncul dalam sabar. Semakin deras jatuhnya sabar, semakin indah tumbuhnya senyum.”


Yumin Hoo

29 Januari 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya

Tenang

Mencandu