Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2019
Gambar
Reparasi Diri       Ketika aku sudah terlalu lelah mencari jawaban, aku hanya bisa pasrah. Hanya ada 2 pilihan bagiku untuk melanjutkan perjalanan; yaitu meratapi kehidupan, atau pergi menelusuri syaraf dan menemui sahabat kecil; Nurani. Aku pikir ada baiknya juga mengunjunginya, daripada terus berkubang di zona kesedihan.      "Apa, memperbaiki masa lalu?" Katanya setelah mendengar aduanku.      "Masa lalu mana bisa diperbaiki," lanjutnya, mengulang kata sebelumnya.      "Waktu hanya berjalan maju, tak bisa diperintah berhenti apalagi mundur. Jadi, apa perlu kita masih menyesali kesalahan? Ayolah, bangkit. Aku yakin kau kuat. Yang dulu biarlah berlalu, jangan kau sesali. Toh tidak akan bisa kau ubah, bukan? Atau mungkin bisa? Oh ya, aku tahu. Bisa, tapi cuma di pikiran, kan? Kau berkhayal kembali ke masa lalu dan mencoba mengubah skenario kejadian. Bravo. Kau hebat; dalam hal mengkhayal. Tapi, setelah kau sadar, apakah segalanya berubah? Tidak.
Gambar
Apa Adanya  Kau pasti pernah mendengar(membaca) kalimat ini, "Tidak ada manusia yang sempurna". Pada hakekatnya manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah di dunia ini. Terlepas dari itu, manusia sebenarnya hanyalah makhluk yang diciptakan untuk mengelola bumi. Jika dibandingkan dengan Malaikat, Jin, Bintang, Bulan, Langit, dan makhluk lain yang ada di alam semesta ini, manusia hanyalah sebutir debu yang tak berarti apa-apa. Kita diprogram untuk dapat berpikir. Artinya, kita telah dibekali akal. Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya di muka bumi ini. Namun, seringkali kita lebih memilih ingin menjadi yang lain daripada manusianya sendiri.      Sebenarnya kehidupan ini sederhana, kitanya saja yang membuatnya menjadi rumit. Ketika aku makan sendiri menggunakan piring, dan mereka makan menggunakan nampan, tak perlu meminta mereka untuk mengerti. Toh yang selesai lebih dulu mesti aku. Karena mereka belum juga makan sebelum anggotanya le
Gambar
Menghargai Sejarah         Berbicara tentang sejarah itu unik. Tadi malam, aku berkumpul bersama teman-teman. Karena paginya kami ujian mapel sejarah. Namun, sejarah yang kami bahas ini bukanlah tentang zaman paleolitikum, neolitikum, pun megalitikum. Bukan juga masa penjajahan, proklamasi, pun resolusi jihad. Yang kami bahas malah tentang perkembangan game. Siapa yang tidak mengenal game? Aku sendiri, waktu usiaku baru 3 tahun, aku sudah mengenal yang namanya "gamebot". Lalu ketika kelas 2 SD, aku sudah disuguhi "nintendo". Siapa yang tidak mengenal Super Mario? Dulu, aku selalu bertengkar dengan Mbakku hanya karena rebutan main Super Mario. Menginjak kelas 4, aku mulai mengenal "GTA San Andreas". Iya, benar, gamenya ada di PS 2.     Menurutmu, sejarah itu hanya membahas tentang masa Dinosaurus? Atau masa Perang? Tidak. Mari kita persempit makna dari sejarah. Kau telah lulus dari SD, itu sejarah. Kau putus dengan pacarmu kemarin, itu sejarah. Dan
Gambar
Pecinta Sejati      Saat mengaji kitab bersama Ustadz Miftah, aku mendapat suatu pelajaran yang bisa dibilang "unik". Kau pasti penasaran, apa hubungannya dengan judul di atas?      Jadi begini, kau pernah mencintai seseorang? Pastinya. Dan kau pernah mencintai tanpa pernah mengu ngkapkan? Jika iya, aku akan memberimu penghargaan berupa 'jempol'. Ketahuilah bahwasannya, orang yang mencintai tanpa pernah mengungkapkan perasaannya dialah orang yang luar biasa. Dan jikalau rasa tersebut terus dipendam sehingga membuatnya sakit, dan kemudian sakit tersebut membawanya berpulang kepada Rabbnya, maka "Syahidlah dia!"        Kau mungkin berpikir ini gila. Aku pun sama, hanya saja, ada satu sisi yang membuatku merasa ini benar; yaitu caranya menyikapi. Iya, aku merasakannya sendiri. Ternyata jomblo itu memang menyakitkan, lebih menyakitkan lagi bila dia yang kita idamkan setengah mati mencintai yang lain. Bak rantai makanan; aku mengejarnya yang mengejar
Gambar
Surat k epada Mamak      Mamak, aku sangat bersyukur, sebab engkau aku berada di dunia ini. Karena engkau, aku dapat merasakan nikmatnya kehidupan.      Engkau berjuang sendiri, meregang nyawa, antara hidup dan mati, hanya untuk membebaskanku dari kegelapan rahimmu menuju cahaya dunia yang fana ini. Engkau tersenyum lemas melihatku telah berada di sampingmu.         Tak pernah engkau bosan dan jengkel membersihkan kotoranku ketika masuh bayi. Ketika aku mulai bisa merangkak, engkau bahagia melihatku berkembang. Namun, ketika aku mulai bisa berlari, engkau selalu khawatir akan tindakan yang aku lakukan. Apalagi ketika di jalan.      Engkau selalu berusaha mewujudkan segala yang aku minta. Padahal, entah kapan terakhir kalinya aku memenuhi panggilanmu untuk mewujudkan(melakukan) apa yang engkau minta(suruh).     Aku (yang egois ini), selalu sibuk membahagiakan diri sendiri, sementara engkau lupa mengurus diri sendiri karena selalu sibuk merindu dan mendoakanku. Adapun aku?
Gambar
Karena Allah Selalu Bersamaku       Setelah diwisuda, sorenya aku berangkat menuju Semarang bersama teman-teman untuk mengikuti tes UTBK. Kami menggunakan angkutan umum, belum pernah sebelumnya aku naik bis. Untuk kali pertamanya aku mencoba, aku merasakan suasana yang berbeda. Iya, rasanya seperti menjadi bagian dari kumpulan ikan yang berada dalam satu jaring. Panas, berisik, bau, pegal, dan banyaklah. Tapi, aku menikmatinya. Sungguh, menyenangkan sekali dapat berkeliling kota dengan menggunakan bis. Terkadang bila muatannya sudah parah, di situlah aku mulai mengeluh. Tak ada pemandangan yang dapat memanjakan mata selain gelap. Iya, aku terjepit, tak dapat bergerak, dan lagi, aku harus bertahan berdiri selama berjam-jam! Extreme, kan?       Setelah tes selesai, kami sepakat untuk langsung pulang(ke rumah masing-masing). Iya, kita berpencar. Dan aku; siap tak siap harus kembali sendiri ke Pondok. Dari sinilah, hari luar biasaku dimulai!        Aku, yang tak tahu arah ini har