Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019
IKATAN TANPA CINTA Oleh : Yumin Hoo             “Wah.. Sayang, tempat ini indah banget..” ucap Bunga seraya membentangkan kedua tangannya menikmati hembusan angin sore, membayangkan seolah akan terbang.             Panji yang sedari tadi duduk dikursi panjang memandang indahnya suasana pedesaan dari atas bukit membuatnya melamun entah membayangkan apa. Suara seseorang yang berada didepannya memanggil-manggil ia tak mendengar, seolah semuanya sunyi.             “Sayang..! Panji, hei!!” panggil Bunga. Panji tetap tak mendengar. Bunga mulai merasa jengkel dan kemudian menghampirinya. Lalu duduk disampingnya.             “Panji!” panggil Bunga sambil menepuk pundaknya. Panji terkejut, lalu menoleh kewajah Bunga dengan tatapan datar.             “apa?”         “kamu tuh ngapain, sih ngelamun terus? Akhir-akhir ini aku selalu melihat kamu selalu melamun. Buang-buang waktu tau! Awas kesambet loh!”             Panji hanya menanggapinya dengan senyuman. Lalu mengalihkan pandan
NIKAH DEWE ( Saksi Bisu ) Oleh : Yumin Hoo Pagi yang cerah, bertiup angin yang sejuk, sambil memandang hamparan sawah yang mulaimenguning berkilauan bergoyang-goyang bak ombak yang mengalir tak berujung.Menambahkan nikmat dan semangat menghafalkan nadzom ‘imrithi . Baru saja aku memulai tikroran “ Alhamdulillahilladzi qod wafaqo, lil ‘ilmi khairi khalqihi walittuqa ” Tiba-tiba sepasang Muda-mudi berboncengan sepeda motor berhenti tepat dibelakangku. Lalu mereka menepi dan duduk bersama bersandingan tak jauh beberapa meter disebelahku. Aku mencoba untuk acuh tak acuh kepada mereka. Aku lanjutkan tikroranku. Keheningan tercipta beberapa saat dan tak lama kemudian salah satu dari mereka berkata “Sayang, kamu beneran mau melakukan ini?” kata perempuan, memecahkan konsentrasiku. “iya, Sayang. Aku rasa hanya ini jalan keluarnya!” jawab laki-laki. Aku menoleh kearah mereka, kulihat tangan mereka saling mencengkeram dan kepala siperempuan disandarkan pada pundak kekasihnya.
PENJARA   SUCI Oleh : Yumin Hoo             Mulai tampak dengan jelas gerbang hijau mengerikan di balik kaca mobil. Desainnya yang sengaja dibuat penuh dengan duri membuat nyali siapa saja yang memasukinya menjadi ciut. Tertulis kaligrafi arab di atas gerbang “ Ponpes Balekambang”. Ketika kami turun dari mobil, kusapu pandangan di sekitar. Ramai orang-orang berseliweran dan kendaraan terparkir tak beraturan di halaman pesantren. Tatapanku berhenti saat melihat seorang perempuan menangis tersedu-sedu memeluk Ibunya seolah tak rela berpisah. Hatiku terenyuh melihatnya. Kutatap lekat-lekat Ayah dan Ibu yang sedang sibuk menurunkan barang-barangku dari mobil. Tak terasa air mataku mulai meleleh. Segera kuusap sebelum yang lain melihat. Selesai Sowan kepada Kyai pengasuh, kami diantar oleh salah seorang santri salaf menuju kamar yang telah disediakan. Baru kali pertamanya aku memasuki Asrama pesantren. Bangunannya terkesan sangat kuno. Hampir tujuh puluh persen semua terbuat d