Bagai (prosa)
"Seharusnya, cinta tidak perlu dipaksakan. Rasa yang tulus akan menciptakan sikap yang halus. Bagai gurun yang tandus, tak ada yang perlu diperjuangkan selagi yakin tetap lurus.” Jatuh “Tumbuh benih harapan dalam hening senyumanmu. Kuharap itu bukan palsu yang menyamar dengan ragu.” Akirnya, kau menoleh ke belakang. Menatap wajah yang hampir redup oleh harapan. Wajah yang tidak pernah dibasuh ketenangan; wajah yang tidak pernah digosok kesenangan; wajah yang kusut. Kau perhatikan kerutan lembut yang terukir dengan rapi; garis yang menggambarkan jiwa lemah. Kau menatapnya dengan lelah, dan dengan sangat terpaksa kau menghampirinya yang kini sangat susah. Kau mulai membelai, memberi vitamin rasa penyemangat, menanyakan sisi mana yang terluka, mengobatinya dengan cinta. Lalu wajah itu mendadak gembira, tumbuh harapan yang mencuat, lahir senyuman yang tersirat. Namun sebelum rasa itu beranak – pinak, kau tusuk hatinya yang baru saja sembuh dari hampa. Kau tatap dengan ragu, lalu